Jumat, 29 April 2011

TAFSIR AL-QUR’AN SURAT AN-NISA’ AYAT 31


BAB I
PEMBAHASAN
A.    AL-QUR’AN SURAT AN-NISA’ AYAT 31
bÎ) (#qç6Ï^tFøgrB tÍ¬!$t6Ÿ2 $tB tböqpk÷]è? çm÷Ytã öÏeÿs3çR öNä3Ytã öNä3Ï?$t«Íhy Nà6ù=ÅzôçRur WxyzôB $VJƒÌx. ÇÌÊÈ
 “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga),” ( QS. An-Nisa : 31 ).

B.     TAFSIR AL-QUR’AN SURAT AN-NISA’ AYAT 31
Pada ayat diatas terdapat beberapa kata, yaitu menjauhi yang berarti tidak mau mendekati, atau tidak mau mendekat-dekat ke situ dan mengelak kalau bertemu. Kedua dosa-dosa besar, ketiga kesalahan-kesalahan tegasnya banyak salah, yang menyebabkan orang yang berbuat menjadi serba-salah dari akibat perbuatannya, baik cepat atau lambat-laun.

Panjang pembicaraan Ulama tentang dosa. Apakah segala dosa itu besar? Atau adakah dosa yang besar dan dosa yang kecil? Menurut Ibnu Abbas segala pendurhakaan kepada Allah adalah dosa besar.
Al-Baqillani dan al-Asfaraini dan Imam al-Haramain, pun sependapat dengan faham Ibnu Abbas itu. Kaum al-Mu'tazilah dan al-Asy'ari menyatakan bahwa dosa memang ada yang besar dan ada yang kecil.
Menurut Hadis, memang ada tersebut dosa besar tujuh macam. Bukhari dan Muslim merawikan dari Abu Hurairah tentang As-Sab'ul Mubiqat (Tujuh Dosa Besar). Mempersekutukan yang lain dengan Allah. Membunuh suatu diri (termasuk diri sendiri). Sihir, makan riba, memakan harta anak yatim, meninggalkan medan perang di kala menyerbu musuh, menuduh-nuduh perempuan baik-baik berbuat zina.
Hadits yang lain menyebut lagi yang lain mendurhakai ibu-bapa, saksi palsu, dan Iain-lain, sehingga berlebih dari tujuh.
Agar kita lebih mendekati maksud ayat, sudah sudah nyata bahwa didalam ayat memang nyata ada Kabaa’ir (dosa-dosa besar). Dan didalam ayat ada pula sayyi’aat (kesalahan-kesalahan), yang dimaksud ialah kesalahan-kesalahan kecil. Kita sendiri didalam hidup niscaya juga merasakannya.
Contoh: ketika kita berjalan seorang diri kemudian melihat seorang perempuan cantik sehingga hati kita menjadi tergiur atau tertarik, mungkin disini belum dosa, akan tetapi jika kita kemudian memandangi lekuk tubuhnya dengan syahwat maka tumbuhlah dosa kecil. Akan tetapi jika kemudian berzina maka tumbuhlah ia menjadi dosa besar.

C.    HADITS NABI YANG MENJELASKAN TENTANG DOSA BESAR
1.      Menurut sebuah Hadits yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dari Hadis asy-Sya'by dari Abdullah bin Amer, dari Nabi s.a.w. berkata beliau :


 



"Dosa-dosa besar ialah mempersekutukan sesuatu dengan Allah, mendurhaka kepada ayah-bunda, membunuh suatu diri dan sumpah palsu."
2.      Dan satu Hadis lagi diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim juga, diterima dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dan Abdurrahman menerima dari ayahnya:





"Dari Nabi s.a.w., beliau berkata: "Sukakah kamu aku jelaskan kepada kamu yang sebesar-besar dosa di antara segala yang besar?" (Beliau tanyakan sampai tiga kali). Mereka menjawab: "Tentu saja ya Rasulullah!" Berkata beliau: "Yaitu mempersekutukan yang lain dengan Allah, mendurhaka kedua ayah-bunda." Ketika berbicara itu beliau sedang berbaring, lalu beliau duduk dan meneruskan perkataan beliau: "Ketahuilah, dan kata-kata dusta."
Perkataan itu beliau ulang beberapa kali, sehingga kami yang mendengar ingin beliau berhenti.
3.      “Dan dari sebuah hadits shahih Bukhari, dari Abu Wa’il dari Amer bin Syurahbil dan Abdullah, dia bertanya: “Apakah dosa yang paling besar ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Bahwa engkau adakah sekutu bagi Allah, padahal Dia-lah yang menjadikan engkau.” Kemudian aku bertanya lagi: “Kemudian itu apalagi  ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Bahwa engkau bunuh anak engkau karena takut dia akan makan bersama engkau.” Lalu aku bertanya pula: “Sesudah itu apa lagi ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Bahwa engkau berzina dengan istri tetangga engkau.” Maka diturunkan ayat penguatkan perkataan Rasulullah saw itu demikian bunyinya: “Dan orang-orang yang tidak memohon bersama dengan Allah kepada Tuhan yang lain, dan tidak mereka membunuh diri yang diharamkan oleh Allah kecuali menurut kebenaran dan mereka tidak berzina.”
4.      Dan tersebut pula di dalam sebuah Hadits Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah :


 






Berkata Rasulullah saw: “Jauhilah olehmu tujuh dosa amat besar!” Mereka bertanya: “Manakah dia ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mempersekutukan  sesuatu  dengan Allah.   Sihir.   Membunuh  suatu  diri yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan kebenaran. Memakan riba. Memakan harta anak yatim. Berpaling lari di waktu menyerbu musuh. Menuduh perempuan baik-baik, jujur beriman berbuat zina.”
5.      Diriwayatkan oleh Syu’bah dari Sa’ad bin Ibrahim, berkata dia: “Aku mendengar Humaid bin Abdurrahman menerima hadits dari Abdullah bin Amer dari Nabi saw : “Berkata beliau: “Di antara sebesar-besar dosa besar ialah seorang laki-laki yang menista ayah-bundanya.” Bertanya mereka: “Bagaimana seorang laki-laki yang menista ayah-bundanya?” Beliau menjawab: “Dinistanya ayah seseorang, lalu orang itu menista ayahnya pula. Dan dinistanya Ibu seseorang lalu orang itu menista Ibunya pula.”
6.      Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw beliau bersabda: “Sesungguhnya sebesar-besar dosa besar ialah seorang laki-laki tak henti-hentinya membicarakan keburukan saudaranya sesama Islam diluar kebenaran.”
Dari Hadis-hadis yang shahih ini sudah teranglah bahwa memang ada dan lebih jelas apa yang dikatakan Al-Kabaa'ir atau dosa-dosa besar.

D.    PENJELASAN PARA SAHABAT TENTANG DOSA BESAR
Sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. yang utama itupun banyak memberikan keterangan tentang dosa besar.
1.      Abdullah bin Mas'ud berkata: "Sebesar-besar dosa besar ialah mem-persekutukan Allah dengan yang lain, merasa aman saja dari pembalasan Tuhan dan tidak mempunyai harapan akan rahmat Allah dan putus asa daripada kurnia Allah."
2.      Berkata Sa'id bin Jubair: "Bertanya seorang laki-laki kepada Ibnu Abbas darihal dosa-dosa besar itu, apakah benar tujuh banyaknya?" Beliau menjawab: "Kepada 700 lebih dekat. Cuma saja, tidak ada dosa besar selama masih memohon ampun kepada Tuhan dan tidak ada lagi dosa yang kecil kalau selalu dikerjakan." Dan kata Ibnu Abbas pula pada kesempatan yang lain: "Tiap pekerjaan mendurhakai Allah adalah dosa besar. Sebab itu barangsiapa berbuat demikian hendaklah dia segera meminta taubat kepada Allah. Karena Allah tidaklah akan mengekalkan seseorang pun dari ummat ini dalam neraka, kecuali kalau dia kembali kafir sesudah Islam, atau dia tidak mau mengikuti perintah-perintah yang Fardhu atau dia mendustakan takdir Allah."
3.      Berkata pula Abdullah bin Mas'ud: Apa yang dilarang Allah di dalam Surat an-Nisa' sejak permulaan sampai sabda Tuhan:
bÎ) (#qç6Ï^tFøgrB tÍ¬!$t6Ÿ2 $tB tböqpk÷]è? çm÷Ytã öÏeÿs3çR öNä3Ytã öNä3Ï?$t«Íhy Nà6ù=ÅzôçRur WxyzôB $VJƒÌx. ÇÌÊÈ
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa: 31) “Semuanya itu adalah dosa besar.”
4.      Berkata pula Ali bin Thalhah tentang arti dosa besar, yang baik sekali kita jadikan pegangan. Kata beliau: “Dosa besar ialah segala dosa yang telah diberi materai (cap) oleh Allah dengan api neraka, atau dengan kemurkaan, atau laknat atau siksaan.”
5.      Menurut adh-Dhahhak: “Dosa besar itu ialah apa yang diancamkan Allah atasnya dengan hukuman di dunia dan azab di akhirat.”
6.      Menurut Husain bin Fadhl: “Dosa besar adalah dosa yang disebutkan Tuhan dengan jelas didalam Al-Qur’an.” Lalu beliau sebutkan ayat yang menjelaskan dosa besar itu, yaitu yang tersebut pada surat an-Nisa ayat 2, an-Nur ayat 16, al-Ahzab ayat 53. Kata beliau, segala dosa yang disebut didalam ayat ini adalah dosa besar belaka. Dan surat al-Isra’ ayat 31, Luqman ayat 13, Yusuf ayat 28.
7.      Menurut Sufyan Tsauri, yang disebut dosa besar ialah segala hubungan buruk di antara hamba sesama hamba, dan dosa kecil ialah di antara hamba dengan Allah. Kata beliau: “Karena dosa-dosa yang di antara hamba dengan Allah mudah diselesaikan dengan taubat sungguh-sungguh kepada Tuhan atau meminta maaf Ilahi atau dengan Syafa'at. Tetapi terhadap sesama hamba Allah, tidaklah akan hapus sebelum hamba itu sendiri yang memberi maaf.”
8.      Berkata as-Suddy: “Al-Kabaa-ir ialah apa yang dilarang Allah dari dosa-dosa yang besar. Dan As-Sayyi-aat ialah permulaan dari embel-embel pengikutnya, yang terhimpun di dalamnya segala yang buruk dengan fasik; seumpama memandang, menyinggung, mencium dan sebagainya.”
Dari sekalian keterangan yang kita terima ini, teranglah sudah bahwa Al-Kabaa-ir (Dosa Besar) memang ada, dan dosa kecilpun ada. Tetapi kita pegang teguhlah apa yang pernah dikatakan oleh Ibnu Abbas:



"Tidak ada dosa yang besar kalau disertai dengan segera memohon ampun. Dan tidak lagi dosa yang kecil, kalau disertai dengan berketerusan."
BAB II
PENUTUP
Seberapapun besarnya dosa yang telah dikerjakan jika orang tersebut benar-benar bertaubat maka Allah akan mengampuninya. Sebaliknya, jika dosa kecil terus menerus dikerjakan ia akan menjadi dosa besar dan mendapat siksa di neraka jika orang tersebut tidak bertaubat.
Sesudah Tuhan memberikan janji yang tegas, bahwa jika kita sudah menjauhi dosa-dosa yang besar maka kesalahan yang kecil-kecil dengan sendirinya akan   dihapuskan   oleh   Tuhan,   dan   Tuhan pun   melanjutkan Sabda-Nya : “Dan akan Kami masukkan kamu ke tempat masuk yang mulia,” (ujung ayat 31).
Tempat masuk yang mulia akan terdapat pada dua tempat. Pertama di dunia ini, karena dengan menempuh jalan yang baik hidup jadi bahagia. Di akhirat kelak masuk pula ke tempat yang mulia, yaitu syurga yang dijanjikan.
Setengah dari ikhtiar untuk membuat hidup yang lebih baik, terjauh dari berbuat dosa-dosa yang besar ialah memilih teman bergaul, yang disebut lingkungan, atau bi-ah (Arab) atau Milleu. Bergaul dengan orang jahat, kejahatannya akan memindah. Bergaul dengan orang baik-baik akan membawa diri sendiri kepada perbuatan yang baik.
Kehidupan itu adalah tiru-meniru dan pindah-memindah :



Darihal seseorang tak usah kau tanya,
tetapi tanyailah siapa temannya;
sebab tiap-tiap teman adalah meniru temannya.
Taubat ialah satu usaha yang berat sekali di dalam membanting stir kehidupan. Misalnya kita terjerumus ke dalam satu dosa besar, entah berzina atau memakan harta benda anak yatim. Kita telah terlibat ke dalam belenggunya dan sudah payah mencabut diri dari dalamnya. Segala dosa yang lain, dosa-dosa kecil menjadi tumbuh di sekeliling dosa besar itu. Kita bangkitkan diri menyesali. masa lampau, serta mencabut serta menghentikan sama sekali yang sedang berlaku sekarang, dan berjanji dengan diri sendiri tidak akan berbuat dosa itu lagi buat seterusnya.
Kita hendak taubat; dan taubat artinya ialah kembali. Yaitu kembali ke jalan yang telah ditentukan Tuhan. Kalau kita menang mengatasi soal itu akan terjadi sendiri kepulihan dalam jiwa kita. Dan dosa-dosa kecil yang lain, yang disebut "sayyi-aat" tadi dengan sendirinya telah ikut hilang.
Itulah sebabnya maka di dalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini, kita diperintahkan Ijtanibuu, artinya jauhi atau menyingkir daripada dosa-dosa besar yang dilarang itu. Kalau dosa besar telah dijauhi maka akan ditangkiskan Tuhanlah dosa-dosa kecil dari dirimu. Dengan sikap demikian sikap jiwamu masih tetap terpelihara, dosa-dosa kecil yang tidak disengaja, yang kadang-kadang terlintas di dalam hidup tidak lagi mempengaruhi sikap jiwa.
Dalam ajaran Filsafat dikatakan yang sebaik-baik cita ialah mengerjakan yang baik karena semata-mata dia baik, bukan karena mengharap balas dan upah manusia. Alangkah baiknya Filsafat demikian kalau kita mendapat tuntunan dari Maha Kuasa Tertinggi tentang mana yang baik itu.
                                        DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an.
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ V, Pustaka Panjimas: Jakarta, 1983.
53http://www.geocities.com/HotSprings/6774/j-5.html.
Imaduddin Abil Fida Bin Katsir. Tafisr Qurani L Adhiim. Jilid 5-6. Makatabah Shafa. Kairo 2004.

Tidak ada komentar: