BAB
I
PEMBAHASAN
A.
AL-QUR’AN SURAT
AN-NISA’ AYAT 31
bÎ) (#qç6Ï^tFøgrB tͬ!$t62 $tB tböqpk÷]è? çm÷Ytã öÏeÿs3çR öNä3Ytã öNä3Ï?$t«Íhy Nà6ù=ÅzôçRur WxyzôB $VJÌx. ÇÌÊÈ
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara
dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus
kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat
yang mulia (surga),” ( QS. An-Nisa : 31 ).
B.
TAFSIR AL-QUR’AN SURAT
AN-NISA’ AYAT 31
Pada ayat diatas terdapat
beberapa kata, yaitu menjauhi yang berarti tidak mau mendekati, atau
tidak mau mendekat-dekat ke situ dan mengelak kalau bertemu. Kedua dosa-dosa
besar, ketiga kesalahan-kesalahan tegasnya banyak salah, yang
menyebabkan orang yang berbuat menjadi serba-salah dari akibat perbuatannya,
baik cepat atau lambat-laun.
Panjang pembicaraan Ulama
tentang dosa. Apakah segala dosa itu besar? Atau adakah dosa yang besar dan
dosa yang kecil? Menurut Ibnu Abbas segala pendurhakaan kepada Allah adalah
dosa besar.
Al-Baqillani dan al-Asfaraini
dan Imam al-Haramain, pun sependapat dengan faham Ibnu Abbas itu. Kaum
al-Mu'tazilah dan al-Asy'ari menyatakan bahwa dosa memang ada yang besar dan
ada yang kecil.
Menurut Hadis, memang ada
tersebut dosa besar tujuh macam. Bukhari dan Muslim merawikan dari Abu Hurairah
tentang As-Sab'ul Mubiqat (Tujuh Dosa Besar). Mempersekutukan yang lain
dengan Allah. Membunuh suatu diri (termasuk diri sendiri). Sihir, makan riba,
memakan harta anak yatim, meninggalkan medan
perang di kala menyerbu musuh, menuduh-nuduh perempuan baik-baik berbuat zina.
Hadits yang lain menyebut lagi
yang lain mendurhakai ibu-bapa, saksi palsu, dan Iain-lain, sehingga berlebih
dari tujuh.
Agar kita lebih mendekati
maksud ayat, sudah sudah nyata bahwa didalam ayat memang nyata ada Kabaa’ir (dosa-dosa besar). Dan didalam
ayat ada pula sayyi’aat (kesalahan-kesalahan),
yang dimaksud ialah kesalahan-kesalahan kecil. Kita sendiri didalam hidup
niscaya juga merasakannya.
Contoh: ketika kita berjalan
seorang diri kemudian melihat seorang perempuan cantik sehingga hati kita
menjadi tergiur atau tertarik, mungkin disini belum dosa, akan tetapi jika kita
kemudian memandangi lekuk tubuhnya dengan syahwat maka tumbuhlah dosa kecil.
Akan tetapi jika kemudian berzina maka tumbuhlah ia menjadi dosa besar.
C.
HADITS NABI YANG MENJELASKAN TENTANG DOSA BESAR
1.
Menurut sebuah Hadits
yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dari Hadis asy-Sya'by dari Abdullah bin
Amer, dari Nabi s.a.w. berkata beliau :
"Dosa-dosa
besar ialah mempersekutukan sesuatu dengan Allah, mendurhaka kepada ayah-bunda,
membunuh suatu diri dan sumpah palsu."
2.
Dan satu
Hadis lagi diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim juga, diterima dari Abdurrahman
bin Abu Bakrah, dan Abdurrahman menerima dari ayahnya:
"Dari Nabi s.a.w.,
beliau berkata: "Sukakah kamu aku jelaskan kepada kamu yang sebesar-besar
dosa di antara segala yang besar?" (Beliau tanyakan sampai tiga kali).
Mereka menjawab: "Tentu saja ya Rasulullah!" Berkata beliau:
"Yaitu mempersekutukan yang lain dengan Allah, mendurhaka kedua ayah-bunda."
Ketika berbicara itu beliau sedang berbaring, lalu beliau duduk dan meneruskan
perkataan beliau: "Ketahuilah, dan kata-kata dusta."
Perkataan itu beliau ulang
beberapa kali, sehingga kami yang mendengar ingin beliau berhenti.
3.
“Dan dari sebuah hadits shahih Bukhari, dari Abu Wa’il dari
Amer bin Syurahbil dan Abdullah, dia bertanya: “Apakah dosa yang paling besar
ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Bahwa engkau adakah sekutu bagi Allah,
padahal Dia-lah yang menjadikan engkau.” Kemudian aku bertanya lagi: “Kemudian
itu apalagi ya Rasulullah?” Beliau
menjawab : “Bahwa engkau bunuh anak engkau karena takut dia akan makan bersama
engkau.” Lalu aku bertanya pula: “Sesudah itu apa lagi ya Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Bahwa engkau berzina dengan istri tetangga engkau.” Maka diturunkan
ayat penguatkan perkataan Rasulullah saw itu demikian bunyinya: “Dan
orang-orang yang tidak memohon bersama dengan Allah kepada Tuhan yang lain, dan
tidak mereka membunuh diri yang diharamkan oleh Allah kecuali menurut kebenaran
dan mereka tidak berzina.”
4.
Dan tersebut pula di
dalam sebuah Hadits Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah :
Berkata Rasulullah saw: “Jauhilah
olehmu tujuh dosa amat besar!” Mereka bertanya: “Manakah dia ya Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Mempersekutukan
sesuatu dengan Allah. Sihir.
Membunuh suatu diri yang diharamkan oleh Allah kecuali
dengan kebenaran. Memakan riba. Memakan
harta anak yatim.
Berpaling lari di waktu menyerbu musuh. Menuduh perempuan baik-baik, jujur beriman berbuat zina.”
5.
Diriwayatkan oleh Syu’bah
dari Sa’ad bin Ibrahim, berkata dia: “Aku mendengar Humaid bin Abdurrahman
menerima hadits dari Abdullah bin Amer dari Nabi saw : “Berkata beliau: “Di antara sebesar-besar dosa besar ialah seorang
laki-laki yang menista ayah-bundanya.” Bertanya mereka: “Bagaimana seorang
laki-laki yang menista ayah-bundanya?” Beliau menjawab: “Dinistanya ayah
seseorang, lalu orang itu menista ayahnya pula. Dan dinistanya Ibu seseorang
lalu orang itu menista Ibunya pula.”
6.
Dari Abu Hurairah,
dari Nabi saw beliau bersabda: “Sesungguhnya
sebesar-besar dosa besar ialah seorang laki-laki tak henti-hentinya
membicarakan keburukan saudaranya sesama Islam diluar kebenaran.”
Dari Hadis-hadis yang shahih
ini sudah teranglah bahwa memang ada dan lebih jelas apa yang dikatakan Al-Kabaa'ir
atau dosa-dosa besar.
D.
PENJELASAN PARA SAHABAT
TENTANG DOSA BESAR
Sahabat-sahabat Rasulullah
s.a.w. yang utama itupun banyak memberikan keterangan tentang dosa besar.
1.
Abdullah bin Mas'ud
berkata: "Sebesar-besar dosa besar ialah mem-persekutukan Allah dengan
yang lain, merasa aman saja dari pembalasan Tuhan dan tidak mempunyai harapan
akan rahmat Allah dan putus asa daripada kurnia Allah."
2.
Berkata Sa'id bin
Jubair: "Bertanya seorang laki-laki kepada Ibnu Abbas darihal dosa-dosa
besar itu, apakah benar tujuh banyaknya?" Beliau menjawab: "Kepada
700 lebih dekat. Cuma saja, tidak ada dosa besar selama masih memohon ampun
kepada Tuhan dan tidak ada lagi dosa yang kecil kalau selalu dikerjakan."
Dan kata Ibnu Abbas pula pada kesempatan yang lain: "Tiap pekerjaan
mendurhakai Allah adalah dosa besar. Sebab itu barangsiapa berbuat demikian
hendaklah dia segera meminta taubat kepada Allah. Karena Allah tidaklah akan
mengekalkan seseorang pun dari ummat ini dalam neraka, kecuali kalau dia
kembali kafir sesudah Islam, atau dia tidak mau mengikuti perintah-perintah
yang Fardhu atau dia mendustakan takdir Allah."
3.
Berkata pula Abdullah
bin Mas'ud: Apa yang dilarang Allah di dalam Surat an-Nisa' sejak permulaan sampai sabda
Tuhan:
bÎ) (#qç6Ï^tFøgrB tͬ!$t62 $tB tböqpk÷]è? çm÷Ytã öÏeÿs3çR öNä3Ytã öNä3Ï?$t«Íhy Nà6ù=ÅzôçRur WxyzôB $VJÌx. ÇÌÊÈ
“Jika
kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang
kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa: 31) “Semuanya itu adalah dosa besar.”
4.
Berkata pula Ali bin
Thalhah tentang arti dosa besar, yang baik sekali kita jadikan pegangan. Kata
beliau: “Dosa besar ialah segala dosa yang telah diberi materai (cap) oleh
Allah dengan api neraka, atau dengan kemurkaan, atau laknat atau siksaan.”
5.
Menurut adh-Dhahhak: “Dosa
besar itu ialah apa yang diancamkan Allah atasnya dengan hukuman di dunia dan
azab di akhirat.”
6.
Menurut Husain bin
Fadhl: “Dosa besar adalah dosa yang disebutkan Tuhan dengan jelas didalam
Al-Qur’an.” Lalu beliau sebutkan ayat yang menjelaskan dosa besar itu, yaitu
yang tersebut pada surat
an-Nisa ayat 2, an-Nur ayat 16, al-Ahzab ayat 53. Kata beliau, segala dosa yang
disebut didalam ayat ini adalah dosa besar belaka. Dan surat al-Isra’ ayat 31, Luqman ayat 13, Yusuf
ayat 28.
7.
Menurut Sufyan Tsauri,
yang disebut dosa besar ialah segala hubungan buruk di antara hamba sesama
hamba, dan dosa kecil ialah di antara hamba dengan Allah. Kata beliau: “Karena dosa-dosa
yang di antara hamba dengan Allah mudah diselesaikan dengan taubat
sungguh-sungguh kepada Tuhan atau meminta maaf Ilahi atau dengan Syafa'at.
Tetapi terhadap sesama hamba Allah, tidaklah akan hapus sebelum hamba itu
sendiri yang memberi maaf.”
8.
Berkata as-Suddy: “Al-Kabaa-ir
ialah apa yang dilarang Allah dari dosa-dosa yang besar. Dan As-Sayyi-aat ialah
permulaan dari embel-embel pengikutnya, yang terhimpun di dalamnya segala yang
buruk dengan fasik; seumpama memandang, menyinggung, mencium dan sebagainya.”
Dari
sekalian keterangan yang kita terima ini, teranglah sudah bahwa Al-Kabaa-ir (Dosa
Besar) memang ada, dan dosa kecilpun ada. Tetapi kita pegang teguhlah apa yang
pernah dikatakan oleh Ibnu Abbas:
"Tidak ada dosa yang
besar kalau disertai dengan segera memohon ampun. Dan tidak lagi dosa yang
kecil, kalau disertai dengan berketerusan."
BAB II
PENUTUP
Seberapapun besarnya dosa yang
telah dikerjakan jika orang tersebut benar-benar bertaubat maka Allah akan
mengampuninya. Sebaliknya, jika dosa kecil terus menerus dikerjakan ia akan
menjadi dosa besar dan mendapat siksa di neraka jika orang tersebut tidak
bertaubat.
Sesudah Tuhan memberikan janji
yang tegas, bahwa jika kita sudah menjauhi dosa-dosa yang besar maka kesalahan
yang kecil-kecil dengan sendirinya akan
dihapuskan oleh Tuhan,
dan Tuhan pun melanjutkan Sabda-Nya : “Dan akan Kami masukkan kamu ke tempat masuk
yang mulia,” (ujung ayat 31).
Tempat masuk yang mulia akan
terdapat pada dua tempat. Pertama di dunia ini, karena dengan menempuh jalan
yang baik hidup jadi bahagia. Di akhirat kelak masuk pula ke tempat yang mulia,
yaitu syurga yang dijanjikan.
Setengah dari ikhtiar untuk
membuat hidup yang lebih baik, terjauh dari berbuat dosa-dosa yang besar ialah
memilih teman bergaul, yang disebut lingkungan, atau bi-ah (Arab) atau Milleu.
Bergaul dengan orang jahat, kejahatannya akan memindah. Bergaul dengan
orang baik-baik akan membawa diri sendiri kepada perbuatan yang baik.
Kehidupan
itu adalah tiru-meniru dan pindah-memindah :
Darihal seseorang tak usah
kau tanya,
tetapi tanyailah siapa
temannya;
sebab tiap-tiap teman
adalah meniru temannya.
Taubat ialah satu usaha yang
berat sekali di dalam membanting stir kehidupan. Misalnya kita terjerumus ke
dalam satu dosa besar, entah berzina atau memakan harta benda anak yatim. Kita
telah terlibat ke dalam belenggunya dan sudah payah mencabut diri dari
dalamnya. Segala dosa yang lain, dosa-dosa kecil menjadi tumbuh di sekeliling
dosa besar itu. Kita bangkitkan diri menyesali. masa lampau, serta mencabut
serta menghentikan sama sekali yang sedang berlaku sekarang, dan berjanji
dengan diri sendiri tidak akan berbuat dosa itu lagi buat seterusnya.
Kita hendak taubat; dan
taubat artinya ialah kembali. Yaitu kembali ke jalan yang telah ditentukan
Tuhan. Kalau kita menang mengatasi soal itu akan terjadi sendiri kepulihan
dalam jiwa kita. Dan dosa-dosa kecil yang lain, yang disebut
"sayyi-aat" tadi dengan sendirinya telah ikut hilang.
Itulah sebabnya maka di dalam
ayat yang tengah kita tafsirkan ini, kita diperintahkan Ijtanibuu, artinya
jauhi atau menyingkir daripada dosa-dosa besar yang dilarang itu.
Kalau dosa besar telah dijauhi maka akan ditangkiskan Tuhanlah dosa-dosa kecil
dari dirimu. Dengan sikap demikian sikap jiwamu masih tetap terpelihara,
dosa-dosa kecil yang tidak disengaja, yang kadang-kadang terlintas di dalam
hidup tidak lagi mempengaruhi sikap jiwa.
Dalam ajaran Filsafat
dikatakan yang sebaik-baik cita ialah mengerjakan yang baik karena semata-mata
dia baik, bukan karena mengharap balas dan upah manusia. Alangkah baiknya
Filsafat demikian kalau kita mendapat tuntunan dari Maha Kuasa Tertinggi
tentang mana yang baik itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’an.
Prof. Dr. Hamka, Tafsir
Al-Azhar Juzu’ V, Pustaka Panjimas: Jakarta,
1983.
53http://www.geocities.com/HotSprings/6774/j-5.html.
Imaduddin Abil Fida Bin
Katsir. Tafisr Qurani L Adhiim. Jilid 5-6. Makatabah Shafa. Kairo 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar